Adakah Mafia di Sektor Pemasaran Produk Pertanian Kita

Kendala Pemasaran Produk Pertanian di Pedesaan

Oleh: Almasdi Syahza

Dalam memacu pertumbuhan ekonomi, kebijaksanaan ekonomi harus menganut paradigma baru dimana pemberdayaan ekonomi rakyat harus menjadi perhatian utama. Karena sebagian besar rakyat hidup pada sektor pertanian dan sektor ini masih memberikan kontribusi yang besar pada perekonomian negara, maka pemberdayaan ekonomi rakyat juga berarti membangun ekonomi pertanian dengan lebih baik. Pembangunan industri harus memperhatikan keterkaitan kebelakang (backward linkage) dengan sektor pertanian atau sektor primer sedangkan keterkaitan kedepan (forward lingkage) harus memperhatikan pengolahan untuk meningkatkan nilai tambah dan pemasaran yang baik sehingga produk yang dihasilkan tidak sia-sia. Continue reading

Urgensi Menulis Karya Ilmiah, Meneliti dan Publikasi

Penelitian adalah upaya (kegiatan) membangun ilmu, yang dilakukan tidak semena-mena, melainkan dengan melalui prosedur-prosedur dan menggunakan metode-metode tertentu, yang dilakukan secara sistematis. Prosedur-prosedur sistematis itu menunjuk pada filsafat ilmu, sedangkan metode-metode tertentu yang sistematis menunjuk kepada metodologi. Dengan demikian, untuk dapat memahami dan melakukan penelitian itu, selain menguasai metodologinya juga harus menguasai filsafat ilmunya. Karena itu pula biasanya metodologi penelitian tidak dapat dipisahkan dari Filsafat Ilmu.

A. Pendahuluan

Penulis mengutip dari buku Soetriono (2007), seorang awam bertanya kepada seorang ahli filsafat yang bijak sana, “Berapa type manusia yang terdapat dalam kehidupan dunia ini berdasarkan pengetahuaannya ?”, Filsuf itu menjawab:

Ada orang yang tahu di tahunya

Ada orang yang tahu di tidaktahunya

Ada orang yang tidak tahu di tahunya

Ada orang yang tidak tahu di tidaktahunya

Kemudian orang awam itu bertanya lagi, “Bagaimana saya mendapatkan pengetahuan yang benar ?”. “Mudah saja, ketahuilah apa yang kau tahu dan ketahuilah apa yang kau tidak tahu.” Continue reading

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA KULIAH MANAJEMEN AGRIBISNIS

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA KULIAH MANAJEMEN AGRIBISNIS

MELALUI PEMBERIAN HAND OUT PADA MAHASISWA JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS RIAU

Almasdi Syahza dan Henny Indrawati

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau

Email: syahza@telkom.net; asyahza@yahoo.co.id

 

ABSTRAK

Matakuliah Manajemen Agribisnis bertujuan untuk memperkenalkan gagasan-gagasan dan prinsip dasar manajemen di bidang agribisnis. Penyampaian materi kuliah lebih bersifat monoton, mahasiswa kurang dituntut untuk bersikap aktif di dalam kelas. Akibatnya ketuntasan belajar tidak tercapai. Ketuntasan belajar diukur dengan daya serap rnahasiswa pada setiap akhir proses pembelajaran melalui evaluasi setiap pokok bahasan. Suatu pokok bahasan dikatakan tuntas apabila rata-rata daya serap mahasiswa di atas 75 persen yang ditunjukkan oleh hasil belajar yang diperoleh. Perbaikan pembelajaran dilakukan dengan metode penelitian tindakan kelas (PTK). Instrumen pembelajaran yang digunakan adalah garis besar program pengajaran (GBPP), silabus, handout, buku ajar, satuan acara perkuliahan (SAP), dan kontrak perkuliahan. Sedangkan instrumen pengumpul data adalah berupa tes tertulis bentuk uraian, kertas kerja (makalah) dan jumlah kehadiran. Prosedur pada PTK terdiri dari 5 tahap setiap siklus, yaitu: perencanaan, pelaksanaan tindakan, evaluasi, observasi, dan refleksi. Tingkat penguasaan mahasiswa pada siklus I hanya mencapai sebesar  72,5%, pada siklus II meningkat menjadi kriteria sangat baik yakni mencapai 77,5% dan kriteria baik  sebesar 22,5%. Secara statistik terjadi perbedaan yang berarti. Arah perbedaan tersebut bersifat positif, artinya perubahan kepada yang lebih tinggi (lebih baik). Tingkat penguasaan mahasiswa terhadap materi yang disajikan dengan memberikan handout  menunjukkan hasil yang lebih baik yakni sebanyak 85% mahasiswa memperoleh kriteria baik dan sangat baik, sedangkan yang memperoleh kriteria cukup hanya 15%.

 

Kata kunci: Perbaikan pembelajaran, manajemen agribisnis, handout

<<Publikasi         Ke Penelitian>>                                            selengkapnya>>

 

Model Kelembagaan Ekonomi Perkebunan Kelapa Sawit

Dipublikasikan pada Jurnal Manajemen Usahawan Indonesia Vo 40 No 2, Maret-April 2011, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Artikel lengkap

Dalam upaya pembangunan ekonomi di pedesaan, khususnya di luar Jawa, pemerintah mengambil satu kebijakan melalui pembangunan sektor pertanian yang difokuskan di daerah pedesaan. Untuk pembangunan ekonomi pedesaan tersebut pemerintah daerah telah mengembangkan sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan dengan kelapa sawit sebagai komoditi utama. Ke depan perlu dirancang suatu model pengembangan perkebunan di pedesaan. Model kelembagaan tersebut bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan petani di pedesaan dalam bentuk Agroestate Berbasis Kelapa Sawit (ABK). Melalui program ABK, petani memperoleh kesempatan untuk membeli/memiliki saham di pabrik kelapa sawit (PKS) perusahaan pengembang. Model ABK merupakan konsep pembangunan perkebunan di pedesaan untuk masa datang, konsep ini berupa bentuk kerja sama dengan perusahaan pengembang. Continue reading

Negara Berkembang dan Upaya Pembangunannya

Paul Hoffman melukiskan dengan jelas gambaran suatu negara yang berkembang (terbelakang) dalam ungkapan berikut: Setiap orang dapat memahami suatu negara terbelakang apabila ia melihatnya. Negara berkembang adalah suatu negara yang ditandai dengan kemiskinan, kota yang dipadati oleh pengemis dan penduduk desa yang sudah mencari nafkah di kampung halamannya sendiri. Negara berkembang adalah suatu negara yang jarang memiliki industri, seringkali dengan persediaan tenaga dan listrik yang tidak memadai. Negara tersebut tidak memiliki jalan raya dan kereta api yang cukup, pemerintah belum dapat memberikan pelayanan yang memadai, dan komunikasi yang ada biasanya buruk. Rumah sakit dan lembaga pendidikan tinggi sangat sedikit. Sebagian besar penduduk buta huruf.

Untuk lebih jelasnya ciri-ciri negara berkemban tersebut diklasifikasikan menjadi enam golongan, antara lain: 1) Standar Hidup yang Rendah; 2) Produktivitas yang rendah; 3)Tingkat pertumbuhan penduduk beban ketergantungan yang tinggi; 4) Tingkat pengangguran yang tinggi; 5) Ketergantungan sector pertanian danekspor barang primer; 6) Ketergantungan yang kuat dalam hubungan internasional. Continue reading

Permasalahan Koperasi di Pedesaan

Koperasi merupakan wadah untuk mengembangkan demokrasi yang menghimpun potensi pembangunan dan melaksanakan kegiatan ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan anggota-anggotanya. Koperasi berfungsi sebagai alat perjuangan ekonomi yang mampu mengelola perekonomian rakyat untuk memperkokoh kehidupan ekonomi nasional berdasarkan azas kekeluargaan.

Hasil penelitian di lapangan ditemukan permasalahan pengembangan koperasi, antara lain: 1) lemahnya kualitas sumberdaya manusia khususnya kualitas manajemen; 2) kegiatan koperasi tidak sesuai dengan kebutuhan anggota sehingga koperasi berjalan atas kehendak pengurus semata, ini berakibat kepada rendahnya partisipasi anggota karena anggota tidak merasakan manfaat sebagai anggota koperasi; 3) masih ditemukan koperasi tidak melibatkan anggota dalam aktifitasnya (koperasi dikendalikan oleh pemilik modal); 4) koperasi masih sebatas penghubung antara anggota dengan mitra kerja (khusus untuk kopersi petani perkebunan kelapa sawit); 5) adanya kegiatan koperasi yang memanfaatkan dukungan pemerintah terhadap keberadaan koperasi bagi kepentingan pribadi (sebagai usaha pribadi); dan 6) koperasi di pedesaan lebih banyak bergerak pada bidang usaha simpan pinjam bukan pada usaha produktif; Continue reading