POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI KELAPA SAWIT

Luas perkebunan kelapa sawit berdasarkan data  tahun 2010 telah mencapai 2.103.175  ha dan produksi tandan buah segar (TBS) sebanyak 36.809.252 ton per tahun dengan produktivitas 22,8 ton per tahun per hektar. Berdasarkan kondisi lahan dan tingkat kesuburan tanah di Riau produktivitas CPO sebesar 3,9 ton per tahun per hektar. Sementara itu jumlah pabrik kelapa sawit di Riau sebanyak 146 buah dengan kapasitas produksi sebesar 6.254 ton per jam. Kapasitas olah PKS yang terpasang di Riau sebesar 6.254 ton per jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kapasitas PKS terpasang tidak bisa melayani produksi kebun di Riau. Akibatnya sering terjadi keterlambtan pengolahan TBS oleh PKS. Kondisi ini memperlihatkan daya dukung wilayah (DDW) terhadap industri kelapa sawit (pabrik kelapa sawit) lebih besar dari 1. Hasil analisis menunjukkan di Riau masih kekurangan PKS.

Baca selanjutnya….

PERCEPATAN EKONOMI PEDESAAN MELALUI PEMBANGUNAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

Kegiatan perkebunan kelapa sawit di pedesaan menciptakan angka multiplier effect sebesar 3,03, terutama dalam lapangan pekerjaan dan peluang berusaha. Indek kesejahteraan petani di  pedesaan tahun 2003 sebesar 1,72. Berarti pertumbuhan kesejahteraan petani mengalami kemajuan sebesar 172 persen. Pada periode tahun 2003-2006 indek kesejahteraan petani 0,18 dan periode tahun 2006-2009 juga mengalami positif sebesar 0,12. Ini berarti kesejahteraan petani pada periode tersebut meningkat sebesar 12 persen.

Baca selengkapnya….

The Institutional Arrangements in Oil Palm Sector as an Effort to Spur Economic Growth in Rural Areas

International Research Journal of Business Studies, Volume 4 No 3 December 2011-March 2012

Oil palm is an excellent plant for the people of Riau Province. It can be seen from the rapid development of plantations, in 2001 oil palm plantations covered an area of ​​1,119,798 ha and in 2010 it increased to 1,925,341 ha with growth of 36.02%. Oil palm plantation activities brought economic impact on society, both the people directly involved with the activities of plantations and the surrounding community. To anticipate the rapid development, a model to avoid inequality of income among farmers needs to be designed, especially for farmers in partnership pattern and self-supporting farmers. Institutional model aims to increase the welfare of rural farmers in the form of Oil Palm Based Agroestate (ABK). The concept of Oil Palm Based Agroestate collaborates between farmers, cooperatives, and business enterprises. Through the ABK program, farmers have the opportunity to buy/have shares of the Oil Palm Factory (PKS). There are two main business activities of ABK model; first, business activities that build oil palm plantations and factories of the derivative industry, and if necessary the settlement of participant farmers will be established by the developer; second, business activities that manage plantations and participant farmers-owned factories as well as market the products which are carried out by a managing business enterprise or a cooperative which is formed by the participant farmers.

Continue reading

Pengembangan Daerah Tertinggal Dalam Upaya Percepatan Pembangunan Ekonomi Pedesaan di Kabupaten Kepulauan Meranti Propinsi Riau

Pelaksanaan pembangunan di daerah selama ini belum mampu untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama yang berdiam di daerah pesisir. Akibatnya timbul daerah-daerah tertinggal yang miskin dan terbelakang. Salah satu kabupaten yang merasakan ketimpangan dan banyaknya daerah tertinggal adalah Kabupaten Kepulauan Meranti. Sebagian besar dari desa yang ada yakni sebanyak 59 desa (80,82%) merupakan desa tertinggal. Jumlah rumah tangga sebanyak 45.564 KK, dan sebesar 34,84% (15.876 KK) merupakan rumah tangga miskin. Banyaknya desa tertinggal dan keluarga prasejahtera di daerah ini merupakan indikasi bahwa pembangunan ekonomi selama ini belum menyentuh rakyat lapisan bawah sehingga dengan adanya krisis menyebabkan daerah-daerah pedesaan yang terpencil menjadi rentan sehingga terpuruk menjadi daerah miskin. Hal ini disebabkan selain oleh karena kebijaksanan yang salah dan distortif pada masa lalu juga karena kondisi wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti merupakan wilayah pesisir.

Continue reading

Paradigma Baru: Pemasaran Produk Pertanian Berbasis Agribisnis di Daerah Riau

Ringkasan Penelitian

Pengembangan sektor pertanian di Riau dalam arti luas harus diarahkan kepada sistem agribisnis dan agroindustri, karena pendekatan ini akan dapat meningkatkan nilai tambah sektor pertanian, yang pada hakikatnya dapat meningkatkan pendapatan bagi pelaku-pelaku agribisnis dan agroindustri di daerah. Faktor yang mendukung prospek pengembangan agribisnis dan agroindustri di Riau adalah: (1) penduduk yang makin bertambah sehingga kebutuhan pangan juga bertambah; (2) meningkatnya pendapatan masyarakat akan meningkatkan kebutuhan pangan berkualitas dan beragam (diversifikasi); dan (3) keragaman produk menuntut adanya pengolahan hasil (agroindustri). Agribisnis dan agroindustri juga berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi daerah, meningkatkan pendapatan petani yang pada akhirnya mengurangi ketimpangan pendapatan masyarakat.

  Continue reading

Kelapa Sawit dan Kesejahteraan Petani

Pembangunan perkebunan kelapa sawit bertujuan untuk menghilangkan kemiskinan dan keterbelakangan khususnya di daerah pedesaan, di samping itu juga memperhatikan pemerataan perekonomian antar golongan dan antar wilayah. Pembangunan pertanian yang berbasis perkebunan dalam arti luas bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat sehingga terjadi suatu perubahan dalam pola hidup masyarakat di sekitarnya.

Pembangunan perkebunan khususnya kelapa sawit di Daerah Riau telah membawa dampak ekonomi terhadap masyarakat, baik masyarakat yang terlibat dengan aktivitas perkebunan maupun terhadap masyarakat sekitarnya. Dari hasil penelitian Almasdi Syahza (2009) menjelaskan bahwa: pembangunan perkebunan kelapa sawit di Riau dapat mengurangi ketimpangan pendapatan antar golongan masyarakat dan mengurangi ketimpangan ekonomi antar kabupaten/kota; menciptakan multiplier effect ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat pedesaan; dan ekspor produk turunan kelapa sawit (CPO) dapat merangsang pertumbuhan ekonomi daerah Riau. Tingkat kesejahteraan yang dirasakan oleh masyarakat pedesaan telah membawa dampak berkembangnya perkebunan di daerah, khususnya kelapa sawit dan karet. Continue reading