Urgensi Menulis Karya Ilmiah, Meneliti dan Publikasi

Penelitian adalah upaya (kegiatan) membangun ilmu, yang dilakukan tidak semena-mena, melainkan dengan melalui prosedur-prosedur dan menggunakan metode-metode tertentu, yang dilakukan secara sistematis. Prosedur-prosedur sistematis itu menunjuk pada filsafat ilmu, sedangkan metode-metode tertentu yang sistematis menunjuk kepada metodologi. Dengan demikian, untuk dapat memahami dan melakukan penelitian itu, selain menguasai metodologinya juga harus menguasai filsafat ilmunya. Karena itu pula biasanya metodologi penelitian tidak dapat dipisahkan dari Filsafat Ilmu.

A. Pendahuluan

Penulis mengutip dari buku Soetriono (2007), seorang awam bertanya kepada seorang ahli filsafat yang bijak sana, “Berapa type manusia yang terdapat dalam kehidupan dunia ini berdasarkan pengetahuaannya ?”, Filsuf itu menjawab:

Ada orang yang tahu di tahunya

Ada orang yang tahu di tidaktahunya

Ada orang yang tidak tahu di tahunya

Ada orang yang tidak tahu di tidaktahunya

Kemudian orang awam itu bertanya lagi, “Bagaimana saya mendapatkan pengetahuan yang benar ?”. “Mudah saja, ketahuilah apa yang kau tahu dan ketahuilah apa yang kau tidak tahu.”

Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa ragu-ragu, filsafat dimulai dengan kedua-duanya. Jadi berfilsafat didorong untuk mengetahui apa yang telah kita tahu dan apa yang belum kita tahu. Berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak semuanya akan pernah kita ketahui dalam kesemestaan yang seakan tak terbatas ini. Demikian juga berfilsafat berarti mengoreksi diri, semacam keberanian untuk berterus terang, seberapa jauh sebenarnya kebenaran yang dicari telah kita jangkau (Jujun S. Suriasumatri, 1993).

Penelitian adalah upaya (kegiatan) membangun ilmu, yang dilakukan tidak semena-mena, melainkan dengan melalui prosedur-prosedur dan menggunakan metode-metode tertentu, yang dilakukan secara sistematis. Prosedur-prosedur sistematis itu menunjuk pada filsafat ilmu, sedangkan metode-metode tertentu yang sistematis menunjuk kepada metodologi. Dengan demikian, untuk dapat memahami dan melakukan penelitian itu, selain menguasai metodologinya juga harus menguasai filsafat ilmunya. Karena itu pula biasanya metodologi penelitian tidak dapat dipisahkan dari Filsafat Ilmu.

B. Pengertian Ilmu dan Pengetahuan

Ilmu adalah pengetahuan tetapi tidak semua pengetahuan adalah ilmu. Jika demikian ada pengetahuan yang tidak merupakan ilmu. Jadi pengetahuan mana yang merupakan ilmu itu ? Untuk menjawabnya perlu diketahui tentang pengertian-pengertian dari pengetahuan dan ilmu itu. Pengertian-pengertian itu adalah sebagai berikut:

1. Pengetahuan (knowledge) adalah pembentukan pemikiran asosiatif yang menghubungkan atau menjalin sebuah pikiran dengan kenyataan atau dengan pikiran lain berdasarkan pengalaman yang berulang-ulang tanpa pemahaman mengenai sebab-akibat (kausalitas) yang hakiki dan universal.

2. Ilmu (science) adalah akumulasi pengetahuan yang menjelaskan hubungan sebab akibat (kausalitas) yang dan universal, dari suatu objek menurut metode-metode tertentu yang merupakan satu kesatuan sistematis.

Dari kedua pengertian itu jelaslah bahwa pengetahuan bukan hanya ilmu, pengetahuan merupakan bahan bagi ilmu. Pengetahuan atau knowledge merupakan sesuatu yang dikejar manusia untuk memenuhi keingintahuannya.

Perbedaan antara pengetahuan keilmuan dengan pengetahuan lainnya, misalnya seni dan agama, dapat dilihat dari upaya-upaya memperolehnya. Pada prinsipnya adalah sebagai berikut: Gejala-gejala yang ada di alam ini ditangkap oleh manusia melalui panca indera, bahkan adapula yang ditangkap melaui indera keenamnya (extra cencory) yaitu berupa intuisi. Segala yang ditangkap oleh indera-inderanya itu dimasukkan fikiran dan perasaannya. Dengan segala keyakinan dan kepercayaannya ditarik kesimpulan-kesimpulannya yang benar. Kesimpulan-kesimpulan yang benar ini dijadikan pengetahuaanya (ilmu, seni dan agama). Dalam upaya memperoleh pengetahuan itu dapat dibedakan antara upaya aktif dan pasif.

Upaya aktif yaitu dengan mempergunakan peralatan pikiran dan perasaan. Sedangkan upaya pasif yaitu upaya dengan mempergunakan kayakinan atau kepercayaan terhadap kebenaran sesuatu yang diwartakan (misalnya wahyu Tuhan melalui Nabi atau ilmu dan pengetahuan lainnya). Dengan demikian, melalui ilmu diperoleh pengetahuan tentang suatu objek itu “dari luar”; artinya kita sebagai pengamat berusaha mengerti dari kacamata kita selaku orang luar, sedangkan melalui agama, seni, kepercayaan yang berlandaskan empahty (meletakkan perasaan pada objek yang ingin diketahui), berarti kita berusaha memahaminya dari dalam.

Upaya aktif untuk memperoleh pengetahuan keilmuan tidak dilakukan dengan semena-mena, melainkan menurut aturan-aturan atau metode-metode dan teknik-teknik tertentu. Upaya semacam itu disebut penyelidikan (inquiry), baik empirik maupun non empirik. Secara empirik dapat dilakukan dengan penelitian (research) atau dengan pemeriksaan (investigation), di mana kedua-duanya dilakukan dengan mempergunakan prinsip pengamatan (observation).

C. Sifat-sifat dan Asumsi Dasar Ilmu

Ilmu adalah hasil pemikiran manusia yang diperoleh secara sistematis dengan menggunakan metode ilmiah yang benar, maka sifat dari ilmu itu, antara lain:

1. Ilmu menjelajah dunia empirik tanpa batas, sejauh dapat ditangkap oleh dunia manusia. Namun karena kemampuan indera manusia terbatas, maka;

2. Tingkat kebenaran yang dicapai adalah relatif atau tidak sampai kepada tingkat kebenaran yang mutlak.

3. Ilmu menemukan proposisi-proposisi (ungkapan yang terdiri dari dua variabel atau lebih yang menyatakan kausalitas) yang teruji secara empirik.

Sebagai asumsi dari ilmu sehubungan dengan ketiga sifatnya itu bahwa; pertama, dunia ada; kedua, percaya kepada kemampuan indera manusia yang menangkap fenomena-fenomena itu; ketiga, fenomena-fenomena yang terjadi di dunia itu berhubungan satu sama lain.

D. Anatomi Ilmu

Anatomi atau komponen ilmu dibangun dari realita alam semesta. Dikatakan bahwa komponen-komponen itu merupakan aspek dinamis dari perwujudan ilmu yang bersifat abstrak tetapi general (berlaku umum). Komponen-komponen itu seolah-olah perkembangan dari alam konkrit (realita) sampai pada alam abstrak (ilmu). Komponen-komponen yang menjembataninya itu ialah: fenomena, konsep, dan atau variabel, proposisi, fakta dan teori. Fenomena yang ditangkap oleh indera manusia dari alam nyata itu diabstraksikan pada konsep-konsep (fenomena menyumbangkan ide, materi, atau tenaga pada suatu kegiatan bagai kepentingan umum diabstraksikan kepada konsep partisipasi).

Penelaahan mendasar dari konsep-konsep itu akan sampai kepada variabel-variabel (yaitu variasi sifat, jumlah atau besaran yang bernilai kategorial). Jika variabel-variabel digolongklan pada golongan penentu (determinant) dan golongan yang ditentukan (result), kemudian dihubungkan (korelasi atau relationship) terjalain ungkapan atau kalimat yang menyatakan hubungan sebab akibat; hal ini disebut proposisi.

Proposisi itu merupakan kesimpulan penalaran pikiran, yang tingkat kebenarannya masih sementara (hipotesis). Jika proposisi teruji secara (dengan data) empiris maka proposisi hipotesis itu menjadi fakta. Jalinan fakta dalam kerangka penuh arti atau makna disebut teori. Teori-teori inilah yang sebenarnya merupakan ilmu (ingat, ilmu penuh dengan teori-teori).

Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa teori itu adalah seperangkat konsep-konsep atau variabel-variabel dari suatu fenomena, dan proposisi-proposisi yang berhubungan satu sama lain yang tersusun secara sistematis, dan bertujuan dapat menjelaskan atau menerangkan (explanation), dan meramalkan (prediction), ataupun mengendalikan (control) fenomena-fenomena itu. Jadi teori-teori adalah ilmu yang bersifat general dan abstrak.

E. Hakekat Terjadinya Penelitian

Penelitian pada dasarnya adalah suatu usaha manusia untuk memenuhi rasa ingin tahunya dalam taraf keilmuan. Sifat dan sikap ilmiah merupakan ciri utama dari aktivitas penelitian, baik aktivitas dalam pemikiran maupun aktivitas atau tindakan nyata di lapangan. Sejalan dengan sifat dan sikap ilmiah itu, maka dalam kegiatan penelitian orang hanya akan menarik dan membenarkan suatu kesimpulan jika telah dilengkapi dengan bukti-bukti empirik yang benar yang dikumpulkan melalui prosedur yang jelas, sistematis, dan terkontrol.

Salah satu ciri khas manusia adalah rasa ingin tahu. Setelah ia memperoleh pengetahuan tentang sesuatu, maka segera kepuasannya disusul lagi dengan kecenderungan untuk ingin lebih tahu lagi. Begitulah seterusnya. Hingga tidak sesaatpun ia sampai kepada kepuasan mutlak untuk menerima kenyataan yang dihadapinya sebagai suatu titik berhenti yang mapan. Salah satu sebabnya adalah karena yang menjelma dihadapan manusia sebagai kenyataan alamiah dianggapnya sebagai kenyataan yang beraspek ganda; disatu pihak ia mengamati alamnya sebagai sesuatu yang mempunyai aspek statis, tetapi dilain pihak ia mengamati pula terjadinya perubahan-perubahan, perkembangan-perkembangan, dan lain-lain sebagai-nya yang menunjukkan adanya aspek dinamis dari gejala-gejala alam itu sendiri. Aspek statis dan dinamis itulah yang merupakan rangsangan pertama mendorong manusia untuk selalu ingin tahu. Jadi tidak hanya fakta-fakta yang mengejala atau terlibat dalam suatu proses yang sedang terjadi saja (Koentjaraningrat, 1993).

Lalu apa hubungan antara penelitian dan rasa ingin tahu manusia? Penelitian adalah penyaluran hasrat rasa ingin tahu manusia dalam taraf keilmuan. Manusia selalu mencari tahu sebab-musabab dari serentetan akibat. Hasrat ingin tahu manusia yang tidak pernah padam inilah yang mendorong kegiatan penelitian yang pada akhirnya akan mendorong pada pengembangan ilmu.

Secara lebih singkat dapat pula dikatakan bahwa, “penelitian itu tidak lain berarti mempertanyakan”, karena sikap penelitian selalu berisi dua kegiatan pokok, yaitu pertanyaan yang diajukan yang memerlukan jawaban dan jawaban atas pertanyaan itu. Penelitian yang berhasil harus berakhir dengan terjawabnya pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada saat dimulainya penelitian. Secara keseluruhan elemen-elemen dalam setiap penelitian adalah suatu persoalan, berbagai kemungkinan jawaban dan pengumpulan serta penilaian data untuk mengarahkan pilihan atas kemungkinan-kemungkinan jawaban di atas.

Adapun peranan penelitian itu adalah sebagai berikut:

1. Membantu manusia memperoleh pengetahuan baru

2. Memperoleh jawaban atas suatu pertanyaan

3. Memberikan pemecahan atas suatu masalah

Dari uraian di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa ciri khas penelitian adalah merupakan proses yang berjalan secara terus-menerus. Dengan kata lain suatu penelitian tidak akan pernah merupakan hasil yang bersifat final yang tak dapat diganggu gugat lagi. Hasil penelitian seseorang harus tunduk pada penelitian orang lain yang datang belakangan apabila data yang baru mampu membantah kebenaran data sebelumnya.

F. Persyaratan Untuk Menjadi Seorang Peneliti

Untuk dapat melaksanakan penelitian dengan baik ada beberapa syarat yang harus dipenuhi. Untuk memudahkan mengingatnya persaratan ini dimulai dengan huruf I –> “Open your I’s = buka mata saudara (Jajah Koswara, 1992).

(1) Intelligence (kecerdasan), merupakan faktor yang sensial

(2) Interest (perhatian), keinginan tahu yang sepesifik dan mendalam atas bidang penelitian

(3) Imagination (daya hayal), jadilah pemikir yang orisinil dan penghayal

(4) Initiative (inisiatif), mulai dari sekarang jangan menunggu orang lain atau mencari-cari alasan untuk memulai sesuatu

(5) Information (informasi), kumpulkan keterangan dan hasil penelitian terdahulu

(6) Inventive (daya cipta), peralatan yang tepat belum tentu tersedia Usahakan untuk menciptakannya sendiri bila perlu

(7) Industrious, berusaha dan jangan segan-segan untuk menggunakan kedua tangan atau bagian fisik lainnya

(8) Intense observation (pengamatan yang intensif), hiduplah dengan penelitian saudara, kerjakan pengamatan harian dan waspadalah terhadap hal-hal yang tidak wajar.

(9) Integrity (kejujuran) diperlukan secara mutlak, janganlah membohong diri sendiri

(10) Infectious enthusiasm (entusiesme yang meluap-luap), ceritakan penelitian saudara kepada yang lain dengan cara yang menarik

(11) Indefatigable write (penulisan yang tidak mudah putus asa), penelitian baru menjadi ilmu pengetahuan jika hasilnya sudah dipublikasikan

Cintai dan nikmati penelitian saudara. Jika ke 11 “I” di atas dijalankan dengan baik, saudara dengan sendirinya akan mendapatkan pahala (incentive) dalam bentuk tambahan biaya penelitian, kenaikan gaji, pangkat, dan sebagainya.

Pada akhir karier saudara dapat meninjau kembali dengan perasaan puas dan bangga atas hasil yang telah saudara capai.

G. Sifat Penelitian Ilmiah

Seorang peneliti ilmiah harus bisa berfikir secara skeptik, analitik, dan kritik. Cara berfikir yang demikian itu sangat berguna dalam merumuskan pertanyaan secara tepat dan tajam. Perumusan pertanyaan yang demikian itu pada hakekatnya merupakan keterampilan dasar yang harus dikuasai oleh setiap peneliti dan calon peneliti. Hanya dengan pertanyaan-pertanyaan yang tepat dan tajam peneliti akan mendapat jawaban-jawaban yang tepat dari setiap data yang ditemukan atau responden yang diwawancarai.

Pengetahuan dan pelajaran sekarang harus diarahkan pada kenyataan perubahan yang cepat dan tak dapat dihindarkan. Pengetahuan lama harus dipertanyakan dan harus diperiksa kembali dalam kemampuannya untuk membantu kita menjawab persoalan-persoalan yang kita hadapi pada hari ini dan hari esok, dan bukannya kemampuan memecahkan persoalan kemarin terhadap masalah esok hari dan bagaimana menemukan teori-teori baru apabila teori kemarin yang tersedia telah gagal membantu manusia.

Tinggi rendahnya mutu atau kadar ilmiah suatu penelitian dapat diukur dengan dua kriteria pokok yaitu:

1. Kemampuannya untuk memberikan pengertian (understanding) tentang masalah yang diteliti, sehingga masalah dan persoalan menjadi lebih jelas.

2. Kemampuannya untuk meramalkan (predictive power), artinya sampai dimana kesimpulan yang sama dapat dicapai bila data yang sama ditemukan ditempat lain atau diwaktu lain.

H. Sumber Ide Suatu Penelitian

Masalah yang harus dipecahkan atau dijawab melalui penelitian selalu ada tersedia dan cukup banyak, tinggallah si peneliti mengidentifikasikannya, memilihnya, dan merumuskannya. Walaupun demikian, agar seorang ilmuwan mempunyai mata yang cukup jeli untuk menemukan masalah tersebut, dia harus cukup berlatih. Hal-hal yang dapat menjadi sumber masalah, terutama adalah:

(1) bacaan, terutama bacaan yang berisi laporan hasil penelitian

(2) seminar, diskusi, dan lain-lain pertemuan ilmiah

(3) pernyataan pemegang otoritas

(4) pengamatan sepintas

(5) pengalaman pribadi

(6) perasaan intuitif

(7) Internet

1. Bacaan

Bacaan, terutama bacaan yang melaporkan hasil penelitian, mudah dijadikan sumber masalah penelitian, karena laporan penelitian lebih lanjut dengan arah tertentu. Hal yang demikian itu mudah dimengerti, karena tidak pernah ada penelitian yang tuntas. Kadang-kadang suatu penelitian menampilkan masalah lebih banyak dari pada yang dijawabnya. Justru karena hal yang demikian itulah maka ilmu pengetahuan itu selalu mengalami kemajuan.

2. Diskusi, Seminar, Pertemuan Ilmiah

Diskusi, seminar, dan lain-lain pertemuan ilmiah juga merupaka sumber masalah penelitian yang cukup kaya, karena pada umumnya dalam pertemuan ilmiah demikian itu para peserta melihat hal-hal yang dipersoalkan secara profesional. Para ilmuwan peserta pertemuan ilmiah melihat, menganilisis, menyimpulkan dan mempersoalkan hal-hal yang dijadikan pokok pembicaraan. Dengan demikian mudah sekali muncul masalah-masalah yang memerlukan penggarapan melalui penelitian.

3. Pernyataan Pemegang Otoritas

Peryataan pemegang otoritas, baik pemegang otoritas dalam pemerintahan maupun pemegang otoritas dalam bidang ilmu tertentu, dapat menjadi sumber masalah penelitian. Demikian misalnya; pernyataan seorang Menteri Pendidikan Nasional mengenai rendahnya daya serap murid-murid SMA; atau pernyataan seorang Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi tentang kecilnya daya tampung perguruan tinggi, dapat secara langsung mengundang berbagai penelitian. Pernyataan ahli-ahli pendidikan dan ahli-ahli psikologi mengenai perlu dan tidaknya serta tepat dan tidaknya penjurusan di SMA seperti yang terjadi sekarang ini, dapat menjadi sumber masalah penelitian pula.

4. Pengamatan Sepintas

Seringkali terjadi, seseorang menemukan masalah penelitiannya dalam suatu perjalanan atau peninjauan. Ketika berangkat dari rumah sama sekali tidak ada rencana untuk mencari masalah penelitian. Tetapi ketika menyaksikan hal-hal tertentu di lapangan, timbullah pertanyaan-pertanyaan dalam hatinya, yang akhirnya terkristalisasikan dalam masalah penelitian. Seorang ahli ilmu tanah dapat menemukan masalah ketika ia menyaksikan keadaan tanah di suatu tempat, seorang ahli kesehatan dapat menemukan masalah dari mana penduduk mendapatkan air minum, seorang ahli tekhnologi bahan makanan mungkin menemukan masalah ketika dia menyaksikan produksi jenis pangan tertentu yang berlebihan di suatu daerah, seorang ahli psikologi industri mungkin mendapatkan masalah ketika dia menyaksikan bagaimana karyawan pabrik melaksanakan tugasnya, seorang ahli pendidikan melihat NEM siswa tamatan SMU pada umumnya rendah di suatu daerah, dan sebagainya.

5. Pengalaman Pribadi

Pengalaman pribadi sering pula menjadi sumber bagi diketemukannya masalah penelitian. Lebih-lebih dalam ilmu sosial, hal yang demikian itu sering terjadi. Mungkin pengalaman pribadi itu berkaitan dengan sejarah perkembangan dan kehidupan pribadi, mungkin pula berkaitan dengan kehidupan profesional. Misalnya seorang guru menemukan masalah tentang penyampaian materi kepada muridnya dengan sistem kurikulum yang baru.

6. Perasaan Intuitif

Tidak jarang terjadi, masalah penelitian itu muncul dalam pikiran ilmuwan pada pagi hari setelah bangun tidur atau saat-saat habis istirahat. Rupanya selama tidur atau istirahat itu terjadi semacam konsolidasi atau pengendapan berbagai informasi yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti itu, yang lalu muncul dalam bentuk pertanyan-pertanyaan atau masalah.

Apapun sumber, masalah penelitian itu hanya akan muncul atau dapat diidentifikasikan kalau calon peneliti cukup “berisi”. Orang yang masih “kosong”, yaitu yang miskin akan pengetahuan mengenai sesuatu cabang ilmu hampir tidak mungkin, atau sekurang-kurangnya sulit, untuk menemukan masalah penelitian.

7. Intenet

Pada saat ini tidak ada alasan bagi mahasiswa untuk sulit mendapatkan informasi, baik berupa teori-teori baru, hasil penelitian yang dilakukan oleh orang lain dari seluruh penjuru dunia, maupu modal dasar untuk menyusun kerangka fikir untuk memulai suatu karya ilmiah. Si peneliti mendapat kemudahan informasi yang terkait dengan rencana penelitian melalui jaringan media elektronik yaitu internet. Persyaratan ilmu itu adalah ilmu lama harus tunduk kepada ilmu baru selagi ilmu baru itu diperoeleh dengan cara ilmiah dan mempunyai data empirik yang dapat diterima oleh logika manusia.

Melalui jaringan internet si peneliti dengan mudah dapat menacari sumber-sumber ide baru untuk memulai dan menyempurnakan suatu penelitian. Si peneliti juga dapat mengetahui apakah yang diteliti itu sudah dilakukan oleh orang lain, atau merupakan pendukung penelitian sebelumnya atau menolak hasil penelitian terdahulu. Melalui fasilitas kemudahan oleh internet akan mudah untuk melacak semua keungkinan tersebut.

I. Laporan Penelitian yang dimuat di Jurnal Ilmiah

Jika si peneliti menginginkan mempublikasikan hasil penelitiannya pada jurnal ilmiah, maka terlebih dahulu si peneliti harus tahu gaya selingkung jurnal yang akan dituju. Pada umumnya gaya selingkung tersebut dapat dilihat pada halaman terakhir setiap jurnal yang diterbitkan. Setiap peneliti harus tunduk lepada gaya selingkug jurnal, karena setiap jurnal ilmiah tidak sama format penulisannya. Perla juga diketahui pada umumnya karya tulis yang dimuat di jurnal ilmiah si penulis membayar, maka perlu juga menjadi perhatian berapa pembayaran untuk sekali terbit.

Karya tulis ilmiah (KTI) yang dapat dimuat di Jurnal Ilmiah dapat dipilah menjadi dua kelompok. Pertama KTI yang berupa laporan hasil penelitian, dan kedua berupa KTI non-hasil penelitian (seperti misalnya paparan gagasan keilmuan, ulasan atau tinjauan ilmiah).

Masing-masing jurnal mempunyai tatacara penulisannya sendiri-sendiri. Ada perbedaan di antara satu jurnal dengan jurnal yang lain. Misalnya, tentang ukuran dan macam huruf, jumlah halaman maksimum yang diperbolehkan, kerangka dan tata cara penulisan, bahkan juga cara pengirimannya naskah (ada yang harus mengirimkan dalam benyuk disket berikut printoutnya) dan lain-lain.

Contoh sistematika penulisan: Setiap karangan harus disertai (a) abstrak, (b) kata-kata kunci, (c) identitas pengarang, (d) pendahuluan yang berisi latar belakang dan tujuan atau ruang lingkup tulisan dan (e) daftar pustaka. Hasil penelitian disajikan dengan sistematika sebagai berikut (a) judul, (b) nama pengarang, (c) anstrak, (d) kata-kata kunci, (e) pendahuluan berisi pembahasan kepustakaan dan tujuan penelitian, (f) metode, (g) pembahasan, (h) kesimpulan dan saran, dan (i) daftar pustaka.

Dengan demikian isi dan sistematika KTI laporan hasil penelitian yang diajukan untuk dimuat di jurnal, sedikitnya terdiri dari :

* Judul penelitian

* Abstrak

* Kata kunci

* Pendahuluan:

* Metode Penelitian

* Hasil dan Pembahasan

* Kesimpulan dan Saran

* Daftar Pustaka

Yang perlu diingat, setiap artikel yang akan dimuat di jurnal ilmiah harus mengikuti gaya selingkung jurnal yang dituju. Setiap jurnal mempunyai aturan tersendiri, terutama dari sistematika penulisan.

Daftar Rujukan

Almasdi Syahza, 2009, Metodologi Penelitian, Pusbangdik Unri, Pekanbaru.

Almasdi Syahza, 2012, Ekonomi Pembangunan, Teori dan Kajian Empirik Pembangunan Pedesaan, Unri Press, Pekanbaru

Ethridge. Don., 1995. Research Methodology in Applied Economics, Organizing, Planning and Conducting Economic Research, Iowa State University Press/AMES.

Jujun S. Suriasumantri., 1993, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Popules, Sinar Harapan, Jakarta.

Mudrajad Kuncoro., 2001. Metode Kuantitatif, Teori dan Aplikasi untuk Bisnis dan Ekonomi, UPP AMP YKPN, Yogyakarta.

Suharsimi Arikunto, Suhardjono dan Supardi, 2008, Penelitian Tindakan Kelas, Bumi Aksara, Jakarta.

Sumadi Suryabrata, 2006, Metodologi Penelitian, Rajagrafindo Persada, Jakarta.

Soetriono, 2007, Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian, Andi Offset, Yogyakarta.

Catatan:

Disampaikan pada Kuliah Umum Universitas Abdurrab di Pekanbar, 10 Maret 2012