Peningkatan pendapatn petani melalui pengembangan perkebunan (>$4.000/tahun) terutama dibidang kelapa sawit yang sebagai komoditas unggulan. Perkebunan mempunyai masalah-masalah, antara lain: berkaitan dengan masalah kepentingan rakyat seperti dualisme ekonomi antara perkebunan besar dengan perkebunan rakyat; Masalah pemasaran produk primer yang seharusnya tidak langsung mengekspor sawit mentah atau CPO tetapi membuat nilai tambah terhadap bahan baku dan diekspor menjadi barang jadi, sehingga proses nilai tambah dilaksanakan di dalam negeri….
PENDAHULUAN Hakekat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat seluruhnya. Keberhasilan pembangunan tidak lagi diukur dari segi ekonomi tapi seberapa besar pembangunan itu bisa meningkatkan kualitas sumberdaya manusia (SDM). Dalam pembangunan berkelanjutan dewasa ini tidak hanya ditunjang … Continue reading
Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas unggulan Indonesia yang berperan dalam pertumbuhan ekonomi nasional. Kontribusinya cukup besar dalam menghasilkan devisa dan penyerapan tenaga kerja. Perkembangan industri pengolahan CPO dan turunannya di Indonesia adalah selaras dengan pertumbuhan areal perkebunan dan produksi … Continue reading
Pembangunan perkebunan kelapa sawit bertujuan untuk menghilangkan kemiskinan dan keterbelakangan khususnya di daerah pedesaan, di samping itu juga memperhatikan pemerataan perekonomian antar golongan dan antar wilayah. Pembangunan pertanian yang berbasis perkebunan dalam arti luas bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat sehingga terjadi suatu perubahan dalam pola hidup masyarakat di sekitarnya. Kegiatan pembangunan perkebunan kelapa sawit diharapkan dapat mengangkat perekonomian masyarakat khususnya mereka yang bermata pencaharian dari sektor pertanian. Dampak dari pembangunan tersebut akan terlihat, antara lain: 1) Angka multiplier effect ekonomi yang diciptakan dari kegiatan pembangunan perkebunan kelapa sawit di pedesaan; 2)Indek kesejahteraan masyarakat pedesaan sebagai akibat dari pembangunan perkebunan kelapa sawit.
Luas perkebunan kelapa sawit berdasarkan data tahun 2010 telah mencapai 2.103.175 ha dan produksi tandan buah segar (TBS) sebanyak 36.809.252 ton per tahun dengan produktivitas 22,8 ton per tahun per hektar. Berdasarkan kondisi lahan dan tingkat kesuburan tanah di Riau produktivitas CPO sebesar 3,9 ton per tahun per hektar. Sementara itu jumlah pabrik kelapa sawit di Riau sebanyak 146 buah dengan kapasitas produksi sebesar 6.254 ton per jam. Kapasitas olah PKS yang terpasang di Riau sebesar 6.254 ton per jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kapasitas PKS terpasang tidak bisa melayani produksi kebun di Riau. Akibatnya sering terjadi keterlambtan pengolahan TBS oleh PKS. Kondisi ini memperlihatkan daya dukung wilayah (DDW) terhadap industri kelapa sawit (pabrik kelapa sawit) lebih besar dari 1. Hasil analisis menunjukkan di Riau masih kekurangan PKS.
Kegiatan perkebunan kelapa sawit di pedesaan menciptakan angka multiplier effect sebesar 3,03, terutama dalam lapangan pekerjaan dan peluang berusaha. Indek kesejahteraan petani di pedesaan tahun 2003 sebesar 1,72. Berarti pertumbuhan kesejahteraan petani mengalami kemajuan sebesar 172 persen. Pada periode tahun 2003-2006 indek kesejahteraan petani 0,18 dan periode tahun 2006-2009 juga mengalami positif sebesar 0,12. Ini berarti kesejahteraan petani pada periode tersebut meningkat sebesar 12 persen.