Paul Hoffman melukiskan dengan jelas gambaran suatu negara yang berkembang (terbelakang) dalam ungkapan berikut: Setiap orang dapat memahami suatu negara terbelakang apabila ia melihatnya. Negara berkembang adalah suatu negara yang ditandai dengan kemiskinan, kota yang dipadati oleh pengemis dan penduduk desa yang sudah mencari nafkah di kampung halamannya sendiri. Negara berkembang adalah suatu negara yang jarang memiliki industri, seringkali dengan persediaan tenaga dan listrik yang tidak memadai. Negara tersebut tidak memiliki jalan raya dan kereta api yang cukup, pemerintah belum dapat memberikan pelayanan yang memadai, dan komunikasi yang ada biasanya buruk. Rumah sakit dan lembaga pendidikan tinggi sangat sedikit. Sebagian besar penduduk buta huruf.
Untuk lebih jelasnya ciri-ciri negara berkemban tersebut diklasifikasikan menjadi enam golongan, antara lain: 1) Standar Hidup yang Rendah; 2) Produktivitas yang rendah; 3)Tingkat pertumbuhan penduduk beban ketergantungan yang tinggi; 4) Tingkat pengangguran yang tinggi; 5) Ketergantungan sector pertanian danekspor barang primer; 6) Ketergantungan yang kuat dalam hubungan internasional.
1. Standar Hidup yang Rendah
Majunya suatu golongan masyrakat disebabkan mereka bisa menangkap peluang yang harus diraih untuk memperoleh kehidupan yang baik. Bagi mereka yang hidupnya lebih baik merupakan ukuran standar kehidupan. Di negara berkembang standar hidup sebagian besar penduduknya masih rendah. Standar hidup yang rendah tersebut dimanifestasikan secara kuantitatif dan kualitatif dalam bentuk pendapatan yang rendah (kemiskinan), perumahan yang kurang layak, kesehatan yang buruk, pendidikan yang rendah dan kurang bermutu, angka kematian bayi yang tinggi, harapan hidup yang rendah.
2. Produktivitas yang Rendah
Produktivitas yang tinggi lebih disebabkan oleh pemanfaatan teknologi dan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan menghasilkan tenaga terampil dan mampu memanfaatkan teknologi. Penduduk negara berkembang sangat lemah dalam penguasaan teknologi. Negara yang sedang berkembang ditandai dengan produktivitas tenaga kerja yang rendah. Konsep fungsi produksi yang menghubungkan output dengan bermacam-macam kombinasi penggunaan faktor input berdasarkan teknologi tertentu seringkali digunakan untuk menjelaskan bagaimana penduduk memenuhi kebutuhannya. Tetapi secara teknis konsep fungsi produksi perlu ditambahkan dengan kemampuan manajerial, motivasi tenaga kerja, dan fleksibelitas kelembagaan yang mendukung.
Berdasarkan argumentasi tingkat produktivitas dapat dinaikkan melalui mobilitas tabungan dalam negeri dan bantuan modal asing guna meningkatkan investasi baru dalam barang-barang modal serta investasi dibidang pendidikan dan pelatihan untuk menambah keterampilan.
3. Tingkat Pertumbuhan Penduduk dan Beban Ketergantungan yang Tinggi
Hampir semua negara terbelakang mempunyai potensi pertumbuhan penduduk yang tinggi serta dibarengi oleh tingkat kematian yang cenderung menurun. Kemajuan ilmu kedokteran telah dapat menurunkan tingkat kematian dan menaikkan tingkat kesuburan. Akibatnya pertumbuhan penduduk dalam suatu negara meninggat. Pertumbuhan penduduk yang tinggi merupakan penghambat dalam pembangunan ekonomi, jika penduduk itu tidak mampu mengembangkan dirinya sebagai masyarakat mandiri.
Implikasi utama tingginya tingkat kelahiran adalah bahwa lebih dari 40 persen penduduknya terdiri dari anak-anak yang berumur kurang dari 15 tahun (kelompok usia muda). Makin banyak keluarga yang ditanggung makin kecil kesempatan bagi keluarga tersebut untuk menabung. Banyaknya usia muda dalam suatu keluarga (negara) akan menyebabkan tingginya beban ketergantungan. Rata-rata rasio beban ketergantungan di negara berkembang 1:4. Artinya setiap kepala keluarga menanggung kehidupan orang lain (istri, anak, dan anggota keluarga lainnya) minimal 4 orang. Tingginya rasio ketergantungan ini menyebabkan kemampuan membangun sumberdaya manusia rendah.
4. Tingkat Pengangguran yang Tinggi
Salah satu menifestasi mendasar dari faktor-faktor yang mengakibatkan rendahnya taraf hidup di negara-negara berkembang adalah kurangnya penggunaan tenaga kerja atau penggunaan tenaga kerja yang tidak efisien dibandingkan dengan negara maju. Penggunaan tenaga kerja di bawah standar dapat disebabkan karena; Pertama, keadaan setengah menganggur (underemployment) penduduk kota maupun desa yang bekerja di bawah jam kerja normal. Keadaan setengah mengganggur juga meliputi mereka yang bekerja secara normal dengan waktu penuh tetapi produktivitasnya rendah hingga pengurangan jam kerja tidak berpengaruh tehadap total otput; Kedua, pengangguran terbuka, yakni penduduk yang mampu dan ingin bekerja tetapi tidak tersedia lapangan pekerjaan.
Di negara terbelakang sering dijumpai pengangguran dan pengangguran tersembunyi dalam jumlah besar. Pengangguran di kota membengkak akibat arus urbanisasi dan meningkatnya pendidikan. Dari sisi lain sektor industri tidak berkembang sejalan dengan pertumbuhan tenaga kerja sehingga memperbesar pengangguran.
5. Ketergantungan Sektor Pertanian dan Ekspor Barang Primer
Di negara berkembang duapertiga atau lebih penduduknya tinggal di pedesaan dan mata pencarian utama adalah pertanian. Alasan utama terkonsentrasinya penduduk dan produksi dalam aktivitas pertanian dan produksi primer lainnya adalah bahwa pada tingkat pendapatan yang rendah perioritas pertama setiap orang adalah pangan, pakaian dan papan. Rendahnya produktivitas pertanian di negara berkembang disebabkan karena besarnya jumlah penduduk dibandingkan dengan lahan pertanian yang tersedia, juga disebabkan karena teknologi yang dipergunakan pada sektor pertanian masih bersifat primitif, terbatasnya modal fisik dan kemampuan manusianya.
Dari sisi lain negara-negara berkembang pada umumnya lebih banyak berorientasi kepada produksi barang primer (pertanian, bahan bakar, hasil hutan, dan bahan mentah). Barang-barang primer tersebut merupakan ekspor utama ke negara lain. Dari sisi volume ekspor cukup tinggi, tapi nilai ekspornya rendah. Alhasil kontribusi sektor primer terhadap PDB juga rendah.
6. Ketergantungan yang Kuat dalam Hubungan Internasional
Biasanya negara sedang berkembang sangat berorientasi pada perdagangan luar negeri. Orientasi ini terlihat dari ekspor barang primer dan impor barang-barang konsumsi dan mesin. Terlalu tergantung pada ekspor barang primer ini akan menimbulkan dampak negatif pada perekonomian negara tersebut; Pertama. Perekonomian hanya terpusat pada produksi barang primer untuk ekspor, akibat sektor ekonomi lainnya terabaikan; Kedua, perekonomian menjadi rentan terhadap fluktuasi harga internasional barang-barang ekspor tersebut. Depresi dunia akan menjatuhkan harga dan permintaan. Akibat seluruh perekonomian terkena efek buruk; dan Ketiga, karena tergantung pada beberapa mata dagang ekspor, maka perekonomian akan menjadi sangat tergantung pada impor. Impor pada umumnya terdiri dari bahan bakar, bahan pabrik, matadagangan primer, alat-alat transpor dan mesin, dan bahkan makanan. Di samping itu harus diperhatikan juga pengaruh demonstration effect yang cenderung meningkatkan impor menjadi semakin besar.
Menurut Nurkse yang dikutip oleh Jhingan (1994), salah satu faktor penting yang memperlambat pembentukan modal di negara terbelakang adalah keinginan untuk meniru standar konsumsi mewah negara maju. Gejala ini terkenal dengan demonstration effect.
Akibat demonstration effect akan berpengaruh buruk kepada kecenderungan menabung (propensity to save). Pengeluaran mereka untuk konsumsi barang mewah meningkat seiring kemauan yang sudah surut untuk menabung. Demonstration effect akan mempersulit pemerintah untuk mempergunakan keuangan negara sebagai sarana pembentukan modal. Demonstration effect yang menyebabkan meningkatnya permintaan akan barang impor akan melahirkan tekanan inflasioner dan ketidakseimbangan neraca pembayaran.
Oleh: Prof. Dr. Almasdi Syahza, SE., MP,
Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Ekonomi Universitas Riau
Email: asyahza@yahoo.co.id dan syahza.almasdi@gmail.com