Investasi Sumberdaya Manusia Dalam Pembangunan Ekonomi

Kualitas sumberdaya manusia (SDM) menjadi syarat mutlak untuk melaksanakan pembangunan dimasa datang. Setiap manusia dituntut kompetensi individunya untuk berinovasi guna memacu pembangunan ekonomi disegala bidang. Kualitas SDM itu ditingkatkan melalui jalur pendidikan formal dan nonformal. Meningkatkan kualitas SDM merupakan investasi manusi jangka panjang, karena setiap orang menempuh jalur pendidikan tidak secara otaomatis menjadikan dirinya berkualitas. Masih diperlukan proses dalam dunia kerjanya menuju ke jenjang yang lebih ahli atau berkualitas.

Hakekat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat seluruhnya. Keberhasilan pembangunan tidak lagi diukur dari segi ekonomi tapi sejauh mana pembangunan itu bisa meningkatkan kualitas Sumberdaya Manusia (SDM). Dalam pembangunan berkelanjutan dewasa ini tidak hanya ditunjang oleh pembangunan ekonomi tetapi juga oleh pembangunan SDM. Karena itu investasi pada aspek manusia sebagai modal dasar pembangunan sangat didahulukan.

Kristiadi (1994) mengemukakan, peningkatan kualitas SDM juga merupakan tuntutan yang tumbuh sebagai akibat perkembangan pembangunan yang makin cepat dan komplek. Perkembangan ekonomi, industrialisasi, arus informasi, dan perkembangan iptek yang pesat makin membuat kualitas SDM sangat dibutuhkan. Pemerintah Indonesia telah menetapkan pembangunanSDM melalui empat jalur kebijaksanaan yaitu: 1) Peningkatan kualitas hidup yang meliputi kualitas manusia seperti jasmani, rohani maupun kualitas kehidupan; 2) Peningkatan kualitas SDM yang produktif dan upaya penyebarannya; 3) Peningkatan SDM yang berkembang dalam memanfaatkan, mengembangkan, dan penguasaan iptek; dan 4) Pengembangan pranata yang meliputi kelembagaan dan perangkat yang mendukung peningkatan kualitas SDM.

Pada saat ini, SDM Indonesia sebagai salah satu sumberdaya pembangunan masih merupakan potensi. Pertumbuhan SDM yang cepat, tetapi dengan kualitas yang masih rendah, sehingga belum dapat dimanfaatkan secara maksimal sebagai sumberdaya pembangunan.

SDM merupakan salah satu faktor dinamika dalam perkembangan ekonomi jangka panjang, bersama dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, sumberdaya alam (SDA), dan kapasitas produksi yang terpasang dalam masyarakat yang bersangkutan. Namun diantaranya perananm SDM mengambil tempat yang sentral khususnya dalam pembangunan ekonomi negara-negara berkembang dimana kesejakteraan manusia dijadikan tujuan pokok dalam ekonomi masyarakat. Oleh sebab itu SDM sangat dipengaruhi oleh peningkatan mutu pendidikan dan pelayanan kesehatan.

Pendidikan dan Pelatihan

Telaahan mengenai peran pendidikan dalam pembangunan biasanya berpangkal pada saran pendapat bahwa pendidikan merupakan prasarat untuk meningkatkan martabat manusia. Melalui pendidikan warga masyarakat mendapat kesempatan untuk membina kemampuannya dalam mengatur kehidupannya secara wajar. Perluasan kesempatan untuk memperoleh pendidikan berarti membuka kesempatan ekonomi untuk mengupayakan perbaikan dan kemajuan dalam kehidupan masyarakat. Satu sama lain akan mendukung terlaksananya pemerataan pendapatan masyarakat.

Selama dasawarsa yang lampau sudah banyak yang dilakukan oleh pemerintah negara berkembang dibidang pendidikan formal. Kesempatan untuk pendidikan sudah diperluas, namun hal itu dalam arti kuantitatif. Jalur pendidikan formal yang semakin meluas belum juga menunjukkan hasil yang diharapkan. Kalau diukur dengan serangkaian masalah yang harus ditanggulangi secara lebih mendasar, pengangguran (terbuka maupun terselubung) yang masih cenderung meningkat dengan bertambahnya angkatan kerja yang keterampilannya masih terbatas. Pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja mendesak ke arah penambahan tempat belajar. Dalam suatu tahap, hal itu memang dilakukan akan tetapi semata-mata secara kuantitatif dan tidak disertai oleh usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan dan pelatihan.

Pembinaan mutu SDM dalam rangka pembangunan ekonomi harus diartikan sebagai usaha untuk meningkatkan dan meluaskan keterampilan teknis, keahlian profesional, dan kecerdasan akademis (technical skill, professional expertise and academic qualitie) dalam kehidupan masyarakat secara menyeluruh.

Ditinjau dari sudut penerimaan pendapatan, maka beda antara pendapatan yang diterima oleh seorang keluaran pendidikan tinggi dengan pendapatan seorang tenaga kerja yang hanya mendapatkan pendidikan dasar, tidak begitu besar. Padahal biaya pendidikan tinggi per pelajar adalah 88 kali lebih besar dibandingkan dengan biaya per anak sekolah di tingkat pendidikan dasar. Ketimpangan nisbi pada penerimaan pendapatan dibandingkan dengan tingkat biaya untuk pendidikan tinggi bagaimanapun juga mencerminkan ketimpangan pada tingkat produktivitas dalam ekonomi masyarakat secara menyeluruh. Artinya, dari sudut kepentingan masyarakat secara menyeluruh kenaikan produktivitas seorang keluaran pendidikan tinggi (diukur dengan pendapatan yang diterimanya) secara nisbi tidak memadai dengan biaya investasi dalam pendidikan.

Disuatu pihak tuntutan zaman mengharuskan agar mutu pendidikan ditingkatkan dan kalau perlu dengan membatasi perluasannya secara kuantitatif. Di pihak lain, akan dihadapi secara terus menerus desakan masyarakat agar disediakan kesempatan pendidikan yang semakin meluas dengan fasilitasnya yang semakin banyak, kendatipun dengan mengabaikan segi mutunya.

Kunci kebijaksanaan untuk meningkatkan kualitas pendidikan pada umumnya adalah memperbaiki mutu tenaga pengajar dan membina motivasi golongan pengajar. Dikebanyakan negara berkembang tenaga pengajar di sekolah dasar mendapat pendidikan di sekolah lanjutan atas ataupun dengan pelatihan melalui kursus-kursus.

Kelemahan pokok dalam sistem pendidikan di negara berkembang termasuk Indonesia terletak pada sistem dan struktur pendidikan umum di tingkat menengah dan lansung berkaitan dengan pendidikan guru yang diperlukan. Hal ini disebabkan oleh kompartmentasi karena terlalu dini diadakan pemisahan diantara berbagai rupa jurusan, di samping itu banyaknya mata pelajaran/kuliah yang tumpang tindih.

Kesehatan Rakyat dan Pembangunan

Tekanan penduduk yang semakin bertambah mengandung akibat bahwa persyaratan minimal mengenai mutu gizi dalam makanan tidak memadai. Begitu pula mengenai fasilitas medis dan pelayan kesehatan umum. Dampak negatif dari pertambahan penduduk yang sangat tidak terkendali sangat luas dan mendalam. Di keluarga yang tidak melakukan program keluarga berencana dan mempunyai banyak anak, maka anak-anak yang lebih muda sering kali dihinggapi penyakit malnutrition. Walaupun keluarga menjadi semakin lebih besar, hal itu sering tidak diikuti oleh kenaikan pendapatan yang sepadan. Penyediaan pangan maupun perhatian kesehatan terhadap anak-anak yang lebih kecil secara nisbi menjadi berkurang.

Kekurangan gizi menjadi salah satu penyebab bagi gangguan kesehatan dan kematian yang prematur. Sering tidak terpenuhi kebutuhan kalori sehari-hari yang diperlukan secara minimal untuk menjaga kesehatan. Persyaratan minimal mengenai kebutuhan kalori, protein, vitamin dan unsur-unsur mineral dalam makanan harus amat diperhatikan dari sudut mutu SDM dalam proses pembangunan. Hal itu sama lain mempengaruhi pertumbuhan fisiknya maupun kemampuan nalarnya dan perkembangan mentalnya.

Dari beberapa masalah dan target untuk meningkatkan SDM kita tidak terlepas dari faktor ekonomi terutama masalah investasi yang sangat besar untuk meningkatkan kualitas SDM supaya target pembangunan di masa datang dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Untuk meningkatkan kualitas SDM perlu dipersiapkan mulai dari kebutuhan makanan yang menyangkut dengan perbaikan gizi, sampai kepada penyempurnaan pendidikan yang sesuai dengan tuntutan di masa depan. Sudah barang tentu membutuhkan investasi yang sangat besar sekali terutama untuk penyediaan sarana dan prasarana.

Untuk perbaikan gizi pemerintah Indonesia telah memulai sejak PJP I yaitu diterapkannya pemakaian Air Susu Ibu (ASI), penyediaan posyandu dengan tenaga medis dan bermacam imunisasi untuk ibu hamil dan anak balita, perbaikan gizi, semuanya ini untuk meningkatkan kualitas manusia masa depan dan menperpanjang harapan hidup anak Indonesia. Sehingga pada PJP II diharapkan anak Indonesia mampu menjadi manusia yang berkualitas yang dapat menyokong roda pembangunan di masa akan datang.

Oleh: Almasdi Syahza

Peneliti Senior Universitas Riau, Pekanbaru